PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPERASI INDONESIA SECARA NASIONAL PERIODE 2005-2006


Kelembagaan KOPERASI INDONESIA periode 2005 – 2006 mengalami perkembangan secara signifikan dengan laju perkembangan sebanyak 6.363 unit atau 4,71 persen. Terdapat 4 (empat) propinsi dengan peningkatan jumlah KOPERASI INDONESIA terbesar (di atas 15 persen)
periode
2005-2006 adalah :



Perkembangan jumlah KOPERASI INDONESIA aktif untuk periode yang sama secara nasional, tercatat mengalami peningkatan sebanyak 4.126 unit atau 4,35 persen. Ada 5 (lima) propinsi dengan
peningkatan jumlah KOPERASI INDONESIA aktif
terbesar (di atas 15 persen)
adalah :


Propinsi dengan penurunan jumlah KOPERASI INDONESIA aktif secara berturut-turut adalah :


Sedangkan perkembangan jumlah KOPERASI INDONESIA tidak aktif secara nasional tercatat sebanyak 2.237 unit atau 5,57 persen. Propinsi dengan peningkatan jumlah KOPERASI INDONESIA tidak aktif terbesar (diatas 50 persen), adalah :



Propinsi yang mengalami penurunan jumlah KOPERASI INDONESIA tidak aktif, adalah :


Gambaran rinci perkembangan jumlah Koperasi Indonesia, KOPERASI INDONESIAaktif dan KOPERASI INDONESIAtidak aktif disajikan pada tabel–1.



Perkembangan jumlah anggota KOPERASI INDONESIAperiode 2005-2006 mengalami peningkatan sebanyak 489.349 orang atau 1,79 persen. Propinsi Kepulauan Riau memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan jumlah anggota KOPERASI INDONESIA aktif, yaitu mencapai 107,58 persen. Sedangkan propinsi lainnya, perkembangan jumlah anggota cukup berfluktuatif. Propinsi dengan peningkatan jumlah anggota terbesar (di atas 12 persen) adalah :


Sedangkan propinsi yang mengalami penurunan jumlah anggota terbesar adalah:


Gambaran rinci perkembangan jumlah anggota KOPERASI INDONESIAdisajikan pada tabel-2.


Hal menarik yang menjadi catatan dalam menganalisis perkembangan jumlah Koperasi Indonesia, KOPERASI INDONESIAaktif, KOPERASI INDONESIA tidak aktif dan perkembangan jumlah anggota. Propinsi dengan pertumbuhan jumlah KOPERASI INDONESIA aktif terbesar tidak selalu diikuti menjadi propinsi dengan pertumbuhan jumlah anggota KOPERASI INDONESIA aktif terbesar. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan jumlah KOPERASI INDONESIA aktif juga dibarengi dengan peningkatan jumlah KOPERASI INDONESIA tidak aktif. Sehingga pertumbuhan anggota KOPERASI INDONESIA dimungkinkan karena sebagian besar disumbang oleh tumbuhnya KOPERASI INDONESIA baru, bukan dari berkembangnya KOPERASI INDONESIA tidak aktif menjadi aktif.

Disisi lain dengan adanya otonomi daerah yang berdampak terjadinya pemekaran daerah kabupaten/kota, sehingga berdampak juga pada terkendalanya laporan perkembangan KOPERASI INDONESIA dari daerah mengingat percepatan pembentukan badan/instansi yang membidangi KOPERASI INDONESIA di daerah tidak berjalan dengan baik. Kabupaten/kota hasil pemekaran biasanya akan mengalami masa transisi pemerintahan, yang kemudian akan berdampak kepada pembinaan lembaga dan penyampaian laporan kinerja KOPERASI INDONESIA ke propinsi. Untuk lebih spesifik perlu dilakukan kajian lebih lanjut.


Dengan melihat perkembangan kelembagaan yang ada, terlihat bahwa animo masyarakat terhadap keberadaan KOPERASI INDONESIA mulai meningkat terutama pada daerah-daerah yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Indikator peningkatan animo masyarakat terhadap keberadaan KOPERASI INDONESIA juga dibarengi dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam berKoperasi dalam konteks KOPERASI INDONESIA, hal ini dapat terlihat juga pada pelakasanaan RAT, dimana pada periode 2005 – 2006 pelaksanaan RAT mengalami peningkatan sebanyak 549 unit KOPERASI INDONESIA atau 1,21 persen; dari 45.508 unit pada tahun 2005 menjadi 46.057 unit pada tahun 2006.


Propinsi dengan peningkatan pelaksanaan RAT terbesar (diatas 25 persen) adalah :


Sedangkan 11 (sebelas) propinsi lainnya mengalami penurunan pelaksanaan RAT KOPERASI INDONESIA, yaitu :


Gambaran rinci pelaksanaan RAT disajikan pada tabel-3.


Dari empat indikator perkembangan KOPERASI INDONESIA yang telah dijelaskan, keberadaan KOPERASI INDONESIA sebagai badan usaha di seluruh daerah diharapkan dapat memberikan peluang bagi terbukanya lapangan kerja baru di sebagian anggota masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan penyerapan tenaga kerja oleh KOPERASI INDONESIA periode 2005-2006 secara nasional yang mengalami peningkatan sebanyak 41.664 orang atau 13,49 persen; dari 308.771 orang (28.736 manajer dan 280.035 karyawan) pada tahun 2005 menjadi 350.435 orang (31.963 manajer dan 318.472 karyawan) pada tahun 2006. Kontribusi terbesar propinsi dalam penyerapan tenaga kerja oleh KOPERASI INDONESIA hanya terjadi di propinsi Sumatera Barat, yaitu mencapai 177,58 persen. Sedangkan propinsi lainnya berfluktuatif. Lima propinsi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja KOPERASI INDONESIA terbesar (di atas 20 persen), adalah :


Walaupun secara nasional terjadi peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja, namun masih terdapat beberapa propinsi yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja KOPERASI INDONESIA seperti;


Gambaran rinci perkembangan penyerapan tenaga kerja KOPERASI INDONESIA disajikan tabel-4.


PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI INDONESIASECARA NASIONAL PERIODE 2004-2005


Perkembangan usaha KOPERASI INDONESIA yang dicerminkan oleh indikator keuangan KOPERASI INDONESIA seperti, modal sendiri, modal luar, volume usaha dan sisa hasil usaha KOPERASI INDONESIA periode 2005 – 2006 memberikan gambaran perkembangan yang tidak jauh berbeda dengan perkembangan kelembagaan. Modal sendiri
KOPERASI INDONESIA meningkat sebesar Rp. 1.954.652,48 juta atau 13,17 persen. Propinsi dengan peningkatan jumlah modal sendiri KOPERASI INDONESIA terbesar (di atas 50 persen)
adalah :


Sedangkan propinsi dengan penurunan modal sendiri KOPERASI INDONESIA adalah :


Gambaran rinci perkembangan modal sendiri KOPERASI INDONESIA aktif disajikan tabel-5.


Dalam hal modal luar Koperasi Indonesia , pada periode yang sama perkembangan modal luar KOPERASI INDONESIA secara nasional mengalami peningkatan 21,36 persen atau Rp. 3.883.016,62 juta; dari Rp. 18.179.195,39 pada tahun 2005 menjadi Rp. 22.062.212,00 juta.


Propinsi dengan peningkatan jumlah modal luar KOPERASI INDONESIA terbesar (di atas 50 persen) adalah:



Sedangkan propinsi dengan penurunan jumlah modal luar KOPERASI INDONESIA adalah :


Gambaran rinci perkembangan modal luar KOPERASI INDONESIA aktif disajikan tabel-6.


Disisi lain, perkembangan transaksi usaha KOPERASI INDONESIA yang dicerminkan oleh besarnya nilai volume usaha
KOPERASI INDONESIA mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 53,60 persen atau Rp. 21.886.806,22 juta.

Terdapat 4 (empat) propinsi dengan peningkatan volume usaha KOPERASI INDONESIA terbesar
(di atas 100 persen) yaitu
:


Namun demikian
terdapat beberapa propinsi yang mengalami penurunan jumlah volume usaha Koperasi Indonesia, diantaranya adalah :


Gambaran rinci perkembangan volume usaha KOPERASI INDONESIAaktif disajikan tabel-7.


Seiring dengan peningkatan volume usaha Koperasi Indonesia , perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU)
KOPERASI INDONESIA periode 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 46,33 persen atau Rp. 1.018.497,34 juta.


Propinsi dengan peningkatan nilai SHU KOPERASI INDONESIA terbesar
(di atas 100 persen)
adalah :



Sedangkan propinsi dengan penurunan nilai SHU KOPERASI INDONESIA adalah :


Stumble This Fav This With Technorati Add To Del.icio.us Digg This Add To Reddit Add To Facebook Add To Yahoo
 
Add to Technorati Favorites Science Blogs - BlogCatalog Blog Directory TopOfBlogs Personal My Zimbio

eXTReMe Tracker